AS berlakukan Visa Integrity Fee senilai $250 untuk visa non-imigran mulai Oktober 2025. Biaya bisa dikembalikan jika pemegang visa patuh aturan. Pemerintah Amerika Serikat resmi memberlakukan kebijakan baru bernama Visa Integrity Fee yang akan mulai diterapkan pada tahun fiskal 2026, tepatnya per 1 Oktober 2025. Biaya tambahan sebesar 250 dolar AS ini akan dibebankan kepada pemohon visa non-imigran sebagai bentuk komitmen terhadap kepatuhan aturan keimigrasian. Kebijakan ini menuai pro dan kontra, khususnya dari kalangan pelajar, wisatawan, serta dunia usaha yang mengandalkan mobilitas lintas negara.
Menurut pernyataan resmi, Visa Integrity Fee diberlakukan di luar biaya visa standar yang sudah ada. Artinya, pemohon visa kategori turis, pelajar, dan pekerja sementara kini harus menganggarkan dana lebih besar untuk mengakses Amerika Serikat. Walaupun biaya ini diklaim dapat dikembalikan apabila pemegang visa patuh terhadap seluruh ketentuan, proses pengembalian masih belum dijelaskan secara rinci oleh otoritas terkait.
Daftar isi
Siapa yang Terkena Dampaknya?
Kebijakan ini mencakup hampir semua kategori visa non-imigran seperti B1/B2 (turis dan bisnis), F1/M1 (pelajar dan pendidikan kejuruan), J1 (pertukaran), hingga visa kerja seperti H1B, L, dan O. Pengecualian hanya berlaku untuk diplomat serta warga negara dari program bebas visa seperti negara-negara Eropa tertentu, Jepang, dan Australia.
Pemberlakuan Visa Integrity Fee dikhawatirkan akan memberikan tekanan besar pada pemohon visa dari negara berkembang. Seorang mahasiswa dari Indonesia, misalnya, kini harus menyiapkan total biaya visa yang mendekati $435 jika dihitung bersama dengan biaya pengajuan dan biometrik. Ini menjadi tantangan serius bagi mereka yang berencana melanjutkan pendidikan ke Amerika, terutama dengan nilai tukar mata uang yang tidak stabil.
Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh institusi pendidikan dan pelaku industri pariwisata. Banyak universitas yang menggantungkan pemasukan dari mahasiswa internasional, dan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah peminat secara signifikan.
Alasan dan Tujuan Penerapan Biaya Baru
Pemerintah AS menyatakan bahwa Visa Integrity Fee dirancang untuk mendorong pemegang visa agar mematuhi aturan keimigrasian, termasuk tidak tinggal melebihi masa berlaku visa Visa Integrity Fee (overstay), tidak bekerja secara ilegal, dan meninggalkan negara tepat waktu. Apabila semua syarat ini dipenuhi, pemohon berhak mendapatkan pengembalian dana, meski belum ada penjelasan resmi mengenai mekanisme klaim refund tersebut.
Biaya ini juga disebut-sebut sebagai bentuk pembiayaan mandiri dari pemerintah terhadap pengawasan dan penegakan aturan imigrasi. Dengan meningkatnya jumlah pelanggaran visa dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan ini diharapkan dapat memperkuat sistem kontrol dan mengurangi beban anggaran negara terhadap pelanggar visa.
Namun, kritik datang dari berbagai pihak, termasuk asosiasi pariwisata dan lembaga pendidikan internasional. Mereka menyebut biaya tambahan ini sebagai “tarif diam-diam” yang bisa menghambat pertumbuhan sektor pariwisata dan pendidikan internasional di AS.
Dampak terhadap Sektor Pariwisata dan Pendidikan
Dengan pemberlakuan Visa Integrity Fee, sektor pariwisata diperkirakan akan terdampak langsung. Pada 2024, Amerika Serikat mencatat pendapatan lebih dari $1,3 triliun dari sektor perjalanan internasional, namun tren kunjungan mulai menurun sejak pandemi. Kebijakan baru ini bisa memperparah penurunan tersebut karena membuat proses visa semakin mahal dan kompleks.
Penyelenggara event internasional juga mengungkapkan kekhawatiran. AS akan menjadi tuan rumah beberapa event besar seperti Piala Dunia 2026 dan Olimpiade Los Angeles 2028. Tingginya biaya visa bisa membuat wisatawan dan pendukung dari luar negeri berpikir dua kali sebelum datang.
Di sisi lain, universitas dan lembaga pendidikan juga memperkirakan penurunan jumlah mahasiswa internasional. Amerika Serikat selama ini menjadi tujuan utama bagi pelajar dari negara-negara seperti India, China, dan Brasil. Namun, dengan naiknya biaya pengurusan visa, banyak dari mereka yang kemungkinan akan beralih ke negara lain seperti Kanada, Australia, atau Inggris yang menawarkan prosedur lebih sederhana dan biaya lebih ringan.
Ketidakjelasan Prosedur Refund
Meski disebut sebagai biaya yang bisa dikembalikan, Visa Integrity Fee menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pemohon. Belum ada kejelasan teknis mengenai bagaimana proses klaim dana tersebut, siapa yang akan memverifikasi kepatuhan, dan dalam waktu berapa lama pengembalian bisa dilakukan.
Ketiadaan sistem otomatis dan transparan untuk refund bisa menimbulkan kecurigaan bahwa biaya ini hanya akan menjadi beban tambahan, tanpa jaminan pengembalian dana yang mudah. Beberapa pihak menyarankan agar pemerintah menyediakan platform digital yang memantau status visa dan kepatuhan pengguna secara real time, sehingga pengembalian dana bisa dilakukan dengan cepat dan objektif.
Baca juga : Dennis Oswald Badai Supercell Terekam di Kansas
Pemberlakuan Visa Integrity Fee mencerminkan arah baru kebijakan imigrasi AS yang lebih ketat dan berbasis tanggung jawab pemohon visa. Di satu sisi, tujuan untuk mendorong kepatuhan adalah hal positif. Namun di sisi lain, beban finansial dan ketidakpastian prosedural justru bisa menurunkan minat kunjungan ke AS.
Bagi Anda yang merencanakan perjalanan ke Amerika dalam waktu dekat, sangat disarankan untuk memperhitungkan biaya tambahan ini dan memantau perkembangan terbaru dari Departemen Luar Negeri AS. Pahami pula hak-hak Anda sebagai pemohon, termasuk prosedur refund dan konsekuensi jika melanggar aturan visa.