Trump ubah Oval Office menjadi ruang kerja dengan nuansa glamor dan dominasi emas, mencerminkan selera khasnya terhadap kemewahan. Dalam upaya terbaru ini, mantan Presiden AS tersebut memperkenalkan desain penuh ornamen emas di Gedung Putih yang segera mencuri perhatian publik dan menimbulkan reaksi pro dan kontra Trump ubah Oval Office.
Dilaporkan bahwa desain ulang ini mencakup pencahayaan hangat keemasan, hiasan rococo, patung peri, dan berbagai elemen visual yang lebih menyerupai aula kerajaan dibanding kantor presiden negara demokrasi. Banyak pihak menilai langkah ini sebagai simbolisme visual kekuasaan, sementara sebagian lainnya mengkritik pendekatan Trump ubah Oval Office yang dianggap mengabaikan nilai-nilai tradisional Gedung Putih yang sederhana dan elegan.
Daftar isi
Desain Gaya Monarki di Jantung Kekuasaan AS
Interior baru ini menggantikan nuansa klasik Oval Office yang dikenal netral dan berkelas. Saat Trump ubah Oval Office, ia mendatangkan desainer yang juga pernah bekerja untuk proyek-proyek mewah di Mar-a-Lago. Meja Resolute masih dipertahankan, namun kini dikelilingi oleh ornamen berlapis emas, permadani mewah, serta lukisan-lukisan baru yang menggambarkan kemenangan dan kekuasaan.
Salah satu sorotan utama adalah penggunaan cermin dan bingkai besar dengan aksen emas, memberikan kesan ruangan lebih megah dan mencolok. Bahkan area perapian yang biasanya didekorasi sederhana, kini dihiasi dengan vas besar dari porselen Perancis, lampu gantung kristal, serta tanaman artifisial yang dilapisi warna emas.
Menurut staf Gedung Putih, Trump menginginkan tampilan ruang kerja yang lebih “ikonik dan kuat”. Ia percaya bahwa visual yang mencerminkan dominasi dan kemakmuran dapat memberikan pengaruh psikologis dalam negosiasi diplomatik dan pertemuan kenegaraan.
Reaksi Publik dan Kritik Estetika
Keputusan Trump ubah Oval Office menuai banyak komentar di berbagai media dan platform sosial. Pendukungnya menyebut langkah ini sebagai “penegasan kekuasaan Amerika”, sementara pengkritiknya menganggapnya sebagai tindakan egois yang melenceng dari nilai-nilai republik.
Beberapa pakar interior menyebut perubahan ini terlalu berlebihan dan kehilangan makna historis. Oval Office bukan hanya ruang kerja presiden, tapi simbol representasi kepemimpinan demokratis yang mengedepankan kebijaksanaan dan keterbukaan, bukan kemewahan.
“Estetika baroque dan penggunaan emas secara berlebihan membuat kantor itu lebih menyerupai istana ketimbang ruang kepresidenan,” kata salah satu arsitek dari lembaga pelestarian sejarah nasional. Namun, pihak tim desain menyatakan bahwa semua perubahan dilakukan dengan prinsip “restorasi kontemporer” dan tidak merusak struktur atau nilai sejarah bangunan.
Simbol Visual Kekuasaan atau Narasi Politik?
Langkah Trump ubah Oval Office tak hanya dilihat dari sudut desain, tetapi juga dinilai sebagai upaya memperkuat narasi kekuasaannya. Sejak masa kampanye, Trump sering menekankan kekuatan visual dan simbol sebagai bagian dari retorika politiknya. Gaya komunikasi non-verbal seperti ini dianggap efektif dalam membangun persepsi publik tentang kekuatan, keberhasilan, dan dominasi.
Namun beberapa kalangan menyatakan keprihatinan terhadap potensi dampak budaya dan politik dari perubahan ini. Menurut mereka, jika setiap presiden mengubah interior Oval Office secara drastis sesuai selera pribadi, maka identitas institusi akan hilang dan hanya menjadi refleksi pribadi semata.
“Estetika baroque dan penggunaan emas secara berlebihan membuat kantor itu lebih menyerupai istana ketimbang ruang kepresidenan,” kata salah satu arsitek dari lembaga pelestarian sejarah nasional. Namun, pihak tim desain menyatakan bahwa semua perubahan dilakukan dengan prinsip “restorasi kontemporer” dan tidak merusak struktur atau nilai sejarah bangunan.
Baca juga : Langit AS dan Kanada Dikepung Asap dari Kebakaran Hutan
Transformasi Trump ubah Oval Office menjadi lebih mewah dan penuh ornamen emas telah menciptakan perdebatan luas di kalangan publik, media, dan pakar interior. Bagi Trump dan pendukungnya, perubahan ini merupakan lambang kebangkitan dan kejayaan. Namun bagi sebagian lainnya, ini merupakan pergeseran nilai yang berisiko terhadap simbolisme demokrasi yang selama ini dijaga Gedung Putih.
Apa pun motivasinya, keputusan Trump mempercantik Oval Office menunjukkan bagaimana desain interior bisa mencerminkan politik kekuasaan. Kini, Oval Office tak hanya menjadi tempat menandatangani kebijakan, tetapi juga panggung visual tempat narasi kekuasaan dipertontonkan kepada dunia.