Indonesia kembali menjadi pusat perhatian dunia dengan digelarnya Super Garuda Shield, latihan militer multinasional bersama Amerika Serikat yang tahun ini berlangsung mulai 25 Agustus hingga 4 September 2025. Kegiatan ini tersebar di Jakarta, Sumatra Barat, dan Kepulauan Riau, melibatkan lebih dari 5.000 prajurit dari 12 negara sekutu serta pengamat dari India, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Latihan ini tak hanya menampilkan operasi tempur darat, laut, dan udara, tetapi juga simulasi staf gabungan, pertahanan siber, serta latihan menembak dengan alutsista modern. Super Garuda Shield dirancang untuk meningkatkan kemampuan taktis sekaligus memperkuat interoperabilitas antarnegara dalam menghadapi ancaman keamanan global.
Bagi Indonesia, latihan ini merupakan wujud politik luar negeri bebas aktif: menjaga keseimbangan antara kerjasama pertahanan dengan negara sahabat tanpa memicu ketegangan regional. Bagi Amerika Serikat dan sekutu, Super Garuda Shield menjadi sinyal kebersamaan strategis dalam menghadapi dinamika kawasan Indo-Pasifik yang semakin kompleks.
Daftar isi
Skala dan Signifikansi Super Garuda Shield 2025
Pelaksanaan Super Garuda Shield tahun ini disebut sebagai yang terbesar sejak pertama kali diadakan. TNI mengerahkan lebih dari 4.100 prajurit, sementara AS menurunkan sekitar 1.300 pasukan. Selain itu, Australia, Jepang, Singapura, Prancis, Inggris, dan Selandia Baru turut serta mengirimkan kontingen. Kehadiran negara-negara besar menunjukkan bahwa latihan ini memiliki dimensi strategis yang melampaui sekadar kerjasama bilateral.
Tujuan utamanya adalah meningkatkan interoperabilitas, yaitu kemampuan pasukan dari berbagai negara untuk beroperasi bersama secara efektif. Latihan dilakukan di berbagai lokasi untuk menyesuaikan kondisi geografis Indonesia yang beragam, mulai dari kawasan urban Jakarta hingga perairan di sekitar Kepulauan Riau. Hal ini membuat pasukan dapat melatih taktik gabungan di berbagai medan.
Komandan US Indo-Pacific Command, Laksamana Samuel Paparo, menegaskan bahwa Super Garuda Shield menjadi sarana untuk memperkuat kepercayaan antar mitra dan mencegah potensi konflik di kawasan. Sementara Panglima TNI menyebut bahwa kegiatan ini juga memperkaya kemampuan pasukan Indonesia melalui transfer teknologi, latihan doktrin, dan penggunaan sistem persenjataan modern.
Dengan skala besar dan keterlibatan multinasional, Super Garuda Shield dipandang sebagai instrumen diplomasi pertahanan yang memperlihatkan posisi strategis Indonesia di kawasan.
Diplomasi dan Pesan Regional dari Super Garuda Shield
Selain dimensi militer, Super Garuda Shield juga memiliki bobot diplomasi. Keterlibatan banyak negara, termasuk kekuatan Eropa seperti Prancis dan Inggris, mempertegas pesan bahwa stabilitas kawasan Indo-Pasifik adalah tanggung jawab bersama. Latihan ini tidak menyebut China secara eksplisit, namun kehadiran pasukan sekutu di Asia Tenggara tentu memberi sinyal tersendiri terhadap dinamika regional.
Bagi Indonesia, keterlibatan dalam Super Garuda Shield menunjukkan sikap politik luar negeri yang konsisten: bebas aktif, tidak berpihak pada blok manapun, tetapi tetap terbuka membangun kerjasama strategis dengan semua pihak. Dengan membuka pintu bagi partisipasi negara besar, Indonesia memperlihatkan kemampuannya menjaga keseimbangan, sekaligus memanfaatkan momentum untuk memperkuat kapasitas pertahanan nasional.
Diplomasi militer melalui latihan gabungan seperti ini juga berperan memperkuat kepercayaan publik internasional terhadap komitmen Indonesia menjaga perdamaian. Hal itu terbukti dari kehadiran pengamat dari India, Papua Nugini, dan Timor Leste yang menandakan terbentuknya jaringan keamanan lebih inklusif di kawasan.
Ke depan, Super Garuda Shield berpotensi menjadi platform utama diplomasi pertahanan regional, mempertemukan kepentingan strategis negara-negara besar sekaligus menjaga kedaulatan Indonesia sebagai tuan rumah.
Meski sukses digelar, Super Garuda Shield bukan tanpa tantangan. Pertama, aspek logistik dan pendanaan yang besar membutuhkan komitmen jangka panjang. Pelatihan semacam ini tidak bisa hanya dilihat sebagai kegiatan seremonial tahunan, melainkan harus diintegrasikan ke dalam strategi pertahanan nasional. Kedua, Indonesia perlu menjaga agar kegiatan ini tidak ditafsirkan sebagai provokasi oleh negara lain, khususnya China, yang memiliki kepentingan besar di Laut China Selatan.
Selain itu, koordinasi antarnegara peserta juga menjadi pekerjaan rumah. Perbedaan doktrin, bahasa, dan sistem persenjataan sering kali menghambat interoperabilitas. Karena itu, latihan berulang dengan skala yang konsisten menjadi penting agar hasilnya benar-benar berdampak pada kesiapan tempur gabungan.
Namun, di balik tantangan tersebut terdapat peluang besar. Super Garuda Shield memberikan akses bagi TNI untuk belajar langsung dari pengalaman militer negara maju, meningkatkan profesionalisme, serta memperluas jejaring kerjasama internasional. Di sisi lain, kehadiran banyak negara memperkuat posisi Indonesia sebagai aktor sentral di Indo-Pasifik.
Baca juga : AS-Korsel, Kim Jong Un Tuding Latihan Picu Perang
Harapan ke depan, latihan ini tidak hanya berfokus pada operasi tempur, tetapi juga diperluas ke bidang non-tradisional seperti penanggulangan bencana, keamanan maritim, dan operasi kemanusiaan. Dengan demikian, Super Garuda Shield benar-benar menjadi simbol solidaritas, bukan sekadar persiapan perang.
Jika konsistensi ini terjaga, latihan gabungan tahunan ini akan menjadi salah satu pilar utama dalam menjaga keamanan, stabilitas, dan perdamaian regional di Asia Pasifik.