Netanyahu Bertindak Sepihak kembali menjadi sorotan dunia setelah Perdana Menteri Israel itu menyatakan negaranya tidak membutuhkan izin siapa pun untuk menyerang Gaza maupun Lebanon. Pernyataan keras tersebut diungkapkan pada akhir Oktober 2025, di tengah tekanan diplomatik terkait pembentukan pasukan internasional di Gaza. Netanyahu menegaskan Israel akan menentukan sendiri negara mana yang boleh bergabung dalam pasukan itu, tanpa campur tangan pihak asing.
Langkah ini memicu kritik luas dari berbagai negara dan organisasi internasional, yang menilai kebijakan tersebut menandai semakin agresifnya arah politik luar negeri Israel. Netanyahu Bertindak Sepihak dianggap berpotensi memperburuk situasi keamanan di kawasan, terutama setelah terjadinya beberapa serangan udara baru di Gaza pasca gencatan senjata. Meskipun Israel mengklaim serangan itu bersifat “terarah”, komunitas global menilai tindakan sepihak tanpa koordinasi dapat memicu eskalasi baru.
Konteks kebijakan Netanyahu juga tak lepas dari pembubaran kabinet perang yang membuat proses pengambilan keputusan semakin tersentral di tangannya. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kebijakan keamanan kini lebih dipengaruhi oleh kepentingan politik domestik ketimbang konsensus strategis antarinstansi. Dengan begitu, Netanyahu Bertindak Sepihak mencerminkan pergeseran kekuasaan di pemerintahan Israel yang semakin personal dan kontroversial.
Daftar isi
Pernyataan Sepihak dan Respons Dunia
Dalam pidato publiknya, Netanyahu menyebut bahwa “Israel tidak memerlukan izin siapa pun untuk bertindak demi keselamatan rakyatnya.” Pernyataan ini muncul setelah laporan bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa tengah membahas pembentukan pasukan pengawas internasional pascaperang di Gaza. Netanyahu Bertindak Sepihak menegaskan bahwa hanya Israel yang berhak menentukan keterlibatan negara lain di wilayah tersebut. Ia menilai setiap intervensi luar berpotensi mengancam kedaulatan nasional dan strategi pertahanan Israel.
Reaksi keras datang dari Lebanon, yang menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata melalui serangan udara di perbatasan selatan. Pemerintah Lebanon menyerukan Dewan Keamanan PBB agar segera turun tangan. Di sisi lain, Mesir dan Yordania menyatakan keprihatinan mendalam atas tindakan Israel yang dinilai mengabaikan prinsip koordinasi regional. Netanyahu Bertindak Sepihak juga menuai kritik dari sekutu lama, termasuk Amerika Serikat, yang menegaskan perlunya koordinasi militer agar tidak memperluas konflik.
Di ranah diplomasi, Uni Eropa menilai langkah Israel berisiko memperlemah peluang rekonsiliasi dan memperburuk penderitaan warga sipil. Namun, Netanyahu tetap pada pendiriannya bahwa keamanan Israel adalah tanggung jawab internal yang tidak bisa dinegosiasikan. Banyak pengamat menilai retorika tersebut mencerminkan strategi Netanyahu untuk mempertahankan dukungan politik domestik di tengah tekanan oposisi dan protes publik dalam negeri. Dalam konteks ini, Netanyahu Bertindak Sepihak dipandang sebagai strategi politik sekaligus pernyataan simbolik terhadap dunia.
Eskalasi di Gaza dan Lebanon
Setelah pernyataan kontroversial itu, militer Israel melancarkan serangan udara terbatas ke beberapa titik di Gaza yang diklaim sebagai basis kelompok militan. Pemerintah menyebut serangan dilakukan secara presisi terhadap target militer, namun laporan lokal menunjukkan kerusakan luas pada infrastruktur sipil. Netanyahu Bertindak Sepihak dalam serangan ini menimbulkan pertanyaan tentang kepatuhan Israel terhadap gencatan senjata yang baru diberlakukan.
Di sisi utara, serangan ke Lebanon menargetkan wilayah yang disebut menjadi jalur logistik kelompok Hizbullah. Meskipun pihak Israel menyatakan tindakan tersebut merupakan “pertahanan preventif,” PBB menganggapnya sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional. Sejumlah negara Eropa meminta Israel menahan diri, sementara Sekretaris Jenderal PBB menuntut investigasi independen atas dampak serangan tersebut. Netanyahu Bertindak Sepihak menimbulkan ketegangan baru antara Israel dan tetangga-tetangganya yang selama ini berupaya menjaga stabilitas kawasan.
Sementara itu, dalam negeri Israel terbelah antara mereka yang mendukung langkah keras Netanyahu dan kelompok oposisi yang menilai tindakan itu kontraproduktif. Para analis menyebut, kebijakan sepihak ini memperdalam isolasi diplomatik Israel dan bisa merugikan hubungan strategis dengan negara sahabat. Namun bagi Netanyahu, konsistensi atas prinsip “keamanan tanpa kompromi” tetap menjadi landasan politiknya, terlepas dari kritik global. Dengan latar situasi geopolitik yang rapuh, Netanyahu Bertindak Sepihak menegaskan arah baru kebijakan Israel yang lebih konfrontatif.
Langkah unilateral Israel berpotensi menggoyang keseimbangan politik di Timur Tengah. Sejumlah analis menyebut bahwa retorika keras Netanyahu menandakan perubahan besar dalam strategi keamanan nasional yang lebih berorientasi pada aksi langsung. Dalam kerangka ini, Netanyahu Bertindak Sepihak bukan hanya pernyataan kebijakan, melainkan sinyal bahwa Israel siap mengambil langkah militer tanpa dukungan sekutu. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan munculnya gelombang eskalasi lintas perbatasan, terutama dengan Lebanon dan Suriah yang masih berpotensi menjadi front baru konflik.
Baca juga : Peringatan AS ke Israel soal Gencatan Gaza
Negara-negara di kawasan, termasuk Turki dan Qatar, menyerukan agar semua pihak menahan diri dan kembali ke meja diplomasi. Namun, Israel tampak belum menunjukkan tanda-tanda kompromi. Media regional melaporkan peningkatan mobilisasi pasukan di perbatasan, sementara aktivitas udara meningkat di sepanjang pesisir timur Laut Tengah. Netanyahu Bertindak Sepihak memperkuat persepsi bahwa Israel tengah menyiapkan strategi jangka panjang untuk meneguhkan kontrol di wilayah Gaza pascaperang.
Selain itu, dampak politik domestik juga signifikan. Di dalam negeri, opini publik terbelah antara kelompok yang memuji sikap tegas Netanyahu dan mereka yang khawatir langkah itu memicu isolasi internasional. Beberapa anggota parlemen menyerukan pembentukan dewan keamanan baru agar keputusan strategis tidak hanya bergantung pada satu figur. Namun, para pendukung Netanyahu menilai bahwa kebijakan sepihak justru memperlihatkan kemandirian dan ketegasan Israel di panggung global. Terlepas dari pro dan kontra, Netanyahu Bertindak Sepihak menjadi simbol dari fase baru politik luar negeri Israel—lebih berani, lebih agresif, dan lebih terisolasi.
