Ketegangan hubungan Amerika dan India kembali mencuat ke permukaan setelah Presiden Donald Trump secara sepihak mengumumkan tarif sebesar 50% atas barang-barang impor dari India. Langkah ini menandai titik terendah dalam kerja sama kedua negara sejak beberapa dekade terakhir dan memicu reaksi keras dari New Delhi.
Dalam konferensi pers yang digelar pada Kamis, Trump menegaskan bahwa kebijakan tarif ini merupakan bagian dari strategi “America First” untuk menekan negara-negara yang dianggap mengancam industri domestik Amerika Serikat. India menjadi sasaran terbaru, setelah sebelumnya China, Uni Eropa, dan Meksiko sempat terkena tindakan serupa.
Sikap agresif ini langsung mempengaruhi hubungan Amerika dan India, baik secara diplomatik maupun ekonomi. Para analis memperingatkan bahwa kebijakan semacam ini berisiko menggagalkan kerja sama strategis yang telah dibangun selama dua dekade terakhir, termasuk di bidang pertahanan, teknologi, dan energi.
Daftar isi
Tarif Baru Ancam Ekspor India
Tarif sebesar 50% tersebut dikenakan atas berbagai komoditas utama ekspor India seperti tekstil, produk farmasi, dan komponen elektronik. Menurut Kementerian Perdagangan India, nilai total ekspor yang terdampak bisa mencapai lebih dari $12 miliar per tahun.
Reaksi keras pun muncul dari pemerintah India. Dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri India menyebut kebijakan Trump “diskriminatif dan tidak sejalan dengan semangat kerja sama bilateral.” Mereka menambahkan bahwa India sedang mempertimbangkan pembalasan dagang yang setara jika Amerika tidak mencabut kebijakan tersebut dalam waktu dekat.
Seorang diplomat senior India menyatakan, “Langkah ini sangat merugikan dan bisa membahayakan fondasi hubungan Amerika dan India. Aliansi strategis kami seharusnya tidak diukur hanya dari neraca perdagangan.”
Dampak pada Keamanan dan Aliansi Regional
Selain dari sisi ekonomi, kekacauan ini juga dapat memengaruhi stabilitas keamanan kawasan Indo-Pasifik. Selama ini, India dianggap sebagai mitra penting Amerika Serikat dalam membendung pengaruh Tiongkok di kawasan. Namun, dengan memburuknya hubungan Amerika dan India, terdapat kekhawatiran bahwa India akan mulai menjauh dan mencari mitra strategis baru.
Beberapa pengamat menyebutkan bahwa situasi ini bisa dimanfaatkan oleh China dan Rusia untuk meningkatkan pengaruh mereka di Asia Selatan. Jika India mulai mempererat hubungan dengan Beijing atau Moskow sebagai bentuk perimbangan kekuatan, maka posisi Amerika di kawasan bisa menjadi lebih rentan.
Presiden Trump sendiri menyatakan bahwa dirinya masih “sangat menghormati” India dan berharap dapat menyelesaikan konflik ini melalui perundingan. Namun, belum ada sinyal konkret dari Gedung Putih mengenai kemungkinan negosiasi ulang atau pencabutan tarif.
Ketidakpastian di Tengah Pemilu
Kebijakan ini muncul di tengah situasi politik domestik yang memanas menjelang pemilu di Amerika. Beberapa analis menilai bahwa keputusan Trump menyerang India secara ekonomi adalah bagian dari strategi politik untuk mendapatkan dukungan dari kelompok industri dalam negeri.
Namun strategi ini bisa menjadi bumerang. Banyak perusahaan teknologi dan manufaktur di Amerika yang memiliki hubungan erat dengan mitra di India menyuarakan kekhawatiran mereka. Beberapa bahkan mulai mempertimbangkan relokasi rantai pasok jika ketegangan hubungan Amerika dan India terus meningkat.
Sementara itu, di India, pemerintah Modi juga mendapat tekanan dari oposisi yang menilai bahwa hubungan dengan Amerika semakin melemah. Partai oposisi menyerukan pendekatan yang lebih keras terhadap Washington demi melindungi kepentingan nasional.
Masa depan hubungan Amerika dan India kini berada di persimpangan. Para pengamat menyebut bahwa ini adalah momen kritis bagi kedua negara. Jika tidak segera diredam, ketegangan ini bisa berkembang menjadi krisis diplomatik berkepanjangan.
Beberapa tokoh internasional menyerukan agar kedua belah pihak kembali ke meja perundingan. Dukungan dari negara-negara sekutu seperti Jepang dan Australia juga dinilai penting untuk menjaga stabilitas kawasan dan mendorong penyelesaian damai.
Baca juga : Kesepakatan Dagang AS-UE: Tarif Baru Disepakati
Bagaimanapun, India dan Amerika Serikat selama ini memiliki kepentingan strategis yang sangat luas. Mulai dari kerja sama teknologi, keamanan siber, pertahanan, hingga pendidikan dan energi. Banyak pihak berharap bahwa konflik dagang ini tidak akan menghancurkan jembatan kerja sama yang sudah dibangun dengan susah payah selama puluhan tahun.
Kejadian ini sekaligus menjadi pengingat bahwa dalam dunia diplomasi dan perdagangan internasional, tidak ada yang benar-benar pasti. Hubungan Amerika dan India yang selama ini terlihat solid ternyata bisa runtuh dalam hitungan hari hanya karena satu keputusan politik yang keliru.