Kemenangan Zohran Mamdani di New York Tuai Kecaman Pendukung Modi

Kemenangan zohran mamdani di new york tuai kecaman pendukung modi

New York – Kemenangan Zohran Mamdani dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat New York tidak hanya menjadi sorotan politik lokal, tetapi juga memicu perdebatan sengit yang melibatkan sentimen politik internasional, khususnya dengan India. Politikus muda berdarah India ini berhasil memenangkan primary pada 24 Juni 2025, mencetak kemenangan penting dalam karier politiknya. Namun, tak lama setelah pengumuman kemenangannya, Zohran Mamdani menjadi sasaran kritik tajam dari pendukung Perdana Menteri India, Narendra Modi.

Zohran Mamdani, yang kini berusia 33 tahun, lahir di Uganda dan dibesarkan di New York. Ia merupakan anak sutradara film kenamaan Mira Nair, yang berdarah India. Mamdani dikenal sebagai anggota Democratic Socialists of America (DSA) dan kerap mengusung agenda progresif. Program-programnya, termasuk transportasi publik gratis, pembangunan perumahan sosial, serta kebijakan yang pro-migran, membuatnya populer di kalangan pemilih muda dan komunitas minoritas di kota New York.

Namun, di balik kesuksesannya, Zohran Mamdani juga membawa pandangan politik yang kontroversial, terutama terkait isu luar negeri. Ia vokal mengkritik kebijakan nasionalis Hindu yang dijalankan pemerintahan Modi di India, termasuk penindasan terhadap minoritas Muslim. Bahkan, dalam salah satu pernyataannya, Mamdani pernah menyebut Narendra Modi sebagai “penjahat perang” merujuk pada kerusuhan Gujarat 2002. Pandangan inilah yang membuat Mamdani menjadi sosok yang dicurigai dan dimusuhi oleh sebagian komunitas diaspora India yang pro-Modi.

Kritik dan Serangan di Media Sosial

Tak butuh waktu lama setelah hasil primary diumumkan, serangan terhadap Zohran Mamdani bermunculan, terutama dari akun-akun media sosial di India. Banyak yang menuduhnya “anti-India” dan menjadi alat kepentingan kelompok tertentu yang dianggap memusuhi India. Sejumlah akun pro-BJP di India bahkan mempublikasikan kampanye digital yang menyoroti keyakinan Islam Mamdani, seolah-olah menjadi alasan utama di balik sikap politiknya yang kritis terhadap pemerintahan Modi.

Kritik juga datang dari kalangan selebritas India. Aktris terkenal Kangana Ranaut, yang dikenal memiliki pandangan nasionalis kuat, mempertanyakan “kesetiaan darah” Zohran Mamdani terhadap India, mengingat ibunya, Mira Nair, berasal dari komunitas Hindu. Kangana dalam salah satu unggahannya di platform media sosial menulis, “Dia adalah penghianat darah. Bagaimana bisa seorang berdarah India berdiri melawan negara leluhurnya sendiri?”

Serangan terhadap Mamdani tidak hanya terbatas pada dunia maya. Di Amerika Serikat, sekelompok diaspora India di New Jersey bahkan menyewa pesawat yang membawa spanduk bertuliskan: “Save NYC from Global Intifada. Reject Mamdani.” Tindakan ini menandai betapa panasnya tensi politik yang terjalin antara isu lokal AS dengan politik identitas dan kebijakan luar negeri India.

Menurut Kayla Bassett dari Center for the Study of Organized Hate, serangan yang diterima Zohran Mamdanitidak sepenuhnya murni masalah politik, tetapi juga dipengaruhi oleh sentimen anti-Muslim yang lebih luas. “Ini bukan hanya soal posisi politik Mamdani terhadap India, tetapi menjadi kendaraan untuk menyerang komunitas Muslim secara lebih luas,” ujarnya.

Respons Zohran Mamdani dan Dukungan dari Tokoh Progresif

Meski dikecam keras, Zohran Mamdani tidak mundur dari posisinya. Ia justru menegaskan kembali pendiriannya untuk membela hak asasi manusia dan menolak kebijakan diskriminatif di mana pun, termasuk di India. Dalam salah satu pernyataannya, Mamdani berkata:

“Keadilan harus ditegakkan tidak peduli negara mana yang terlibat. Kita tidak boleh membiarkan nasionalisme membutakan kita dari penderitaan orang lain.”

Kemenangan Mamdani di New York juga menjadi simbol kebangkitan politik progresif di Amerika Serikat. Tokoh-tokoh seperti Bernie Sanders dan anggota Kongres Muslim lainnya secara terbuka menyatakan solidaritas mereka terhadap Mamdani, mengecam serangan rasial dan agama yang diarahkan kepadanya.

Bagi banyak warga New York, kemenangan Mamdani menjadi sinyal perubahan bahwa politik lokal kini semakin mencerminkan keragaman latar belakang penduduk kota tersebut. Beberapa analis politik menilai Mamdani berhasil mengubah identitas minoritasnya menjadi modal politik, terutama di distrik dengan populasi imigran yang tinggi.

Baca Juga : Trump Janji Pertanggungjawaban Atas Jaksa dan Agen FBI yang Menyidiknya

Namun, tak sedikit pula yang menganggap sikap vokal Mamdani terhadap kebijakan luar negeri, terutama terkait India dan Palestina, bisa menjadi bumerang dalam pertarungan politik yang lebih luas. Ada kekhawatiran bahwa isu-isu global ini bisa dimanfaatkan lawan politik untuk membingkai dirinya sebagai sosok ekstrem atau “tidak setia” pada kepentingan Amerika.

Kini, Mamdani bersiap menghadapi pemilihan umum pada November mendatang, yang diprediksi akan menjadi ujian berat. Lawan politiknya, baik dari internal Partai Demokrat maupun pihak Republik, diyakini akan terus mengeksploitasi kontroversi seputar sikapnya terhadap India untuk meraih keuntungan politik.

Bagaimanapun, kisah Mamdani menyoroti bagaimana politik lokal di Amerika Serikat semakin sulit dipisahkan dari dinamika global. Kemenangan seorang politikus muda berdarah Asia Selatan yang progresif sekaligus Muslim, membuka babak baru dalam perdebatan identitas, loyalitas, dan hak menyuarakan kritik terhadap pemerintah negara lain — termasuk negara asal leluhur para pemilihnya sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *