New York, AS – Kebijakan congestion pricing yang sempat memicu kontroversi di New York City akhirnya menunjukkan hasil positif. Berdasarkan laporan terbaru yang dirilis Gubernur Kathy Hochul bersama Metropolitan Transportation Authority (MTA), kebijakan ini berhasil menurunkan volume kendaraan yang masuk ke kawasan Lower Manhattan secara signifikan, sekaligus memberikan dampak positif bagi lingkungan, transportasi publik, dan ekonomi lokal.
Sejak resmi diberlakukan pada Januari 2025, program Congestion Pricing berhasil menekan lalu lintas harian ke kawasan selatan Manhattan rata-rata hingga 67.000 kendaraan lebih sedikit per hari dibandingkan tahun lalu. Data MTA mencatat penurunan lalu lintas sekitar 11 persen di zona yang menerapkan tarif khusus tersebut. Bahkan, tercatat lebih dari 1 juta kendaraan berhasil dicegah masuk ke Lower Manhattan dalam enam bulan pertama penerapan kebijakan ini. Angka-angka ini disambut Hochul sebagai sebuah “kesuksesan besar” yang patut dijadikan model untuk kota-kota lain di Amerika Serikat.
“Ini adalah kemenangan besar bagi lingkungan, kualitas hidup warga, dan masa depan sistem transportasi publik kita,” ujar Hochul, seperti dikutip Gothamist. “Kami membuktikan bahwa kebijakan Congestion Pricing dapat memberikan hasil nyata.”
Daftar isi
Manfaat Congestion Pricing bagi Lalu Lintas dan Transportasi Publik
Penurunan jumlah kendaraan yang signifikan membawa perubahan besar pada kondisi lalu lintas di Manhattan. Kecepatan rata-rata kendaraan di sejumlah jalur utama meningkat hingga 10-30 persen, terutama di jalur-jalur yang sebelumnya sering macet seperti Jembatan Brooklyn, Holland Tunnel, dan terowongan di sekitar East River. Pengemudi dan sopir transportasi umum melaporkan waktu tempuh yang lebih cepat, yang berdampak langsung pada efisiensi logistik dan operasional bisnis.
Selain itu, MTA melaporkan lonjakan penumpang transportasi publik. Data menunjukkan terjadi peningkatan 7,3 persen penumpang harian di hari kerja dan bahkan lebih tinggi, sekitar 12 persen, pada akhir pekan. Bus dan kereta bawah tanah mengalami peningkatan keterisian, sekaligus membantu mengurangi emisi kendaraan di kota yang dikenal dengan polusi tinggi.
Para pejalan kaki juga tercatat meningkat. Aktivitas berjalan kaki di Lower Manhattan naik sekitar 3,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang menurut pengusaha lokal membawa efek positif terhadap bisnis, khususnya restoran, toko ritel, dan sektor hiburan seperti Broadway. Banyak pebisnis menyatakan bahwa lingkungan yang lebih bersih dan jalanan yang tidak terlalu padat membuat pengunjung merasa lebih nyaman menghabiskan waktu di kawasan tersebut.
Tantangan dan Kritikan Congestion Pricing yang Masih Ada
Meski angka-angka menunjukkan tren positif, kebijakan congestion pricing tak lepas dari kritik. Banyak pengemudi yang tinggal di wilayah sekitar seperti New Jersey dan Staten Island mengeluhkan beban biaya tambahan. Serikat pengemudi taksi dan bisnis kecil juga menyuarakan kekhawatiran bahwa biaya tambahan ini berdampak negatif pada jumlah pelanggan yang datang dari luar kota.
Gubernur New Jersey bahkan telah mengajukan gugatan hukum dengan alasan kebijakan tersebut diskriminatif bagi warga yang bekerja di Manhattan namun tinggal di luar kota. Mereka merasa kebijakan ini hanya membebani pekerja menengah ke bawah yang tidak punya pilihan selain membawa kendaraan pribadi. Namun Hochul tetap bertahan, menyatakan bahwa keseluruhan manfaat kebijakan jauh lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkan.
Isu lain yang sempat memanaskan situasi adalah campur tangan politik di tingkat federal. Pada awal 2025, mantan Presiden Donald Trump sempat menyuarakan keberatan keras atas kebijakan ini. Bahkan, ada upaya untuk mencabut izin federal yang diberikan oleh Departemen Transportasi Amerika Serikat. Namun, akhirnya pengadilan memutuskan kebijakan ini sah dan dapat terus dijalankan, memperkuat posisi Hochul dan MTA untuk meneruskannya.
Baca Juga : Kemenangan Zohran Mamdani di New York Tuai Kecaman Pendukung Modi
Pemasukan dari kebijakan ini pun menjadi sorotan. Dalam empat bulan pertama, New York berhasil mengumpulkan sekitar US$ 215 juta dari biaya congestion pricing. Dana tersebut dialokasikan untuk berbagai proyek perbaikan infrastruktur transportasi, mulai dari peningkatan sistem sinyal kereta bawah tanah, penambahan lift untuk akses difabel, hingga program konversi armada bus menjadi berbasis listrik. Pemerintah kota menilai pendapatan dari kebijakan ini sangat penting untuk membiayai modernisasi transportasi publik yang sudah lama membutuhkan pembaruan.
Enam bulan sejak diberlakukan, congestion pricing di New York City terbukti mampu menurunkan volume kendaraan secara signifikan, mempercepat lalu lintas, meningkatkan penggunaan transportasi publik, serta mendukung ekonomi lokal. Meski masih ada penolakan dan tantangan hukum dari wilayah tetangga dan sektor bisnis tertentu, data menunjukkan manfaat kebijakan ini jauh lebih besar, baik bagi lingkungan maupun kualitas hidup masyarakat kota. Hochul berjanji akan terus memantau perkembangan dan melakukan penyesuaian agar kebijakan ini semakin adil dan efektif. Bagi banyak pengamat, keberhasilan New York bisa menjadi contoh penting bagi kota-kota besar lainnya di Amerika yang tengah bergulat dengan kemacetan dan polusi.