Pada Rabu malam, 16 Juli 2025 waktu setempat, wilayah pesisir selatan Alaska diguncang oleh gempa Alaska 7,3 SR yang memicu kepanikan warga dan aktivasi peringatan tsunami. gempa Alaska 7,3 SR ini berpusat sekitar 50 mil selatan Sand Point, pada kedalaman sekitar 22 kilometer di bawah permukaan laut. Guncangan kuat terasa hingga Anchorage, memicu reaksi cepat dari Pusat Peringatan Tsunami Nasional Amerika Serikat.
Tidak lama setelah gempa Alaska 7,3 SR terjadi, peringatan tsunami dikeluarkan untuk berbagai wilayah termasuk Sand Point, Unalaska, Kodiak, King Cove, dan daerah di sepanjang Kepulauan Aleutian. Pemerintah daerah langsung mengaktifkan prosedur evakuasi darurat, meminta warga menjauh dari garis pantai dan menuju tempat-tempat evakuasi di dataran tinggi. Sirine peringatan berbunyi di malam hari, memotong keheningan dan menandai keseriusan situasi.
Warga dilaporkan bergerak cepat, dengan kendaraan berbaris di jalanan menuju titik-titik aman. Di kota pelabuhan Kodiak, markas penjaga pantai pun turut dievakuasi. Sekolah-sekolah dan balai komunitas difungsikan sebagai pusat evakuasi sementara. Meski tidak terjadi kepanikan massal, suasana tegang terasa di banyak permukiman pesisir.
Beberapa jam kemudian, gelombang kecil setinggi 3 inci terdeteksi oleh buoy laut di perairan Sand Point. Namun tidak ada lonjakan signifikan. Dengan pemantauan intensif dan tidak adanya tanda-tanda gelombang besar, status peringatan tsunami akhirnya diturunkan menjadi advisory, dan kemudian dicabut seluruhnya oleh otoritas NOAA.
Daftar isi
Tidak Ada Laporan Kerusakan Serius, Tapi Risiko Nyata
Meski kekuatan gempa Alaska 7,3 SR tergolong tinggi, hingga kini belum ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan bangunan signifikan. Beberapa rak toko dan rumah dilaporkan roboh akibat guncangan di Sand Point, namun tidak membahayakan penghuni. Di Anchorage, meskipun getaran terasa jelas, tidak ada gangguan terhadap infrastruktur utama.
Menurut para ahli geologi, wilayah Alaska memang merupakan salah satu zona paling aktif secara seismik di dunia. gempa Alaska 7,3 SR ini terjadi di kawasan Aleutian Trench, tempat pertemuan Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara. Zona ini terkenal menghasilkan gempa-gempa besar, termasuk gempa dahsyat 1964 yang menewaskan lebih dari 130 orang.
Dr. Laura Simmons dari US Geological Survey menjelaskan bahwa gempa kali ini terjadi dalam kedalaman sedang dan termasuk jenis megathrust, yaitu dorongan vertikal lempeng. Jenis ini memang paling berpotensi memicu tsunami, meskipun kali ini tidak menghasilkan gelombang signifikan.
Pusat Peringatan Tsunami Nasional memantau area sepanjang 700 mil dari Sand Point hingga Unimak Pass untuk memastikan tak ada anomali air laut. Meski hasilnya relatif tenang, warga dan pihak berwenang tetap bersikap siaga hingga status benar-benar aman diumumkan.
Beberapa daerah di luar Alaska, termasuk pesisir barat Amerika seperti California, Oregon, dan Hawaii sempat berada dalam pantauan, meski akhirnya dinyatakan aman dan tidak terancam tsunami.
Sistem Tanggap Darurat Diuji dan Dinilai Efektif
Peristiwa gempa Alaska 7,3 SR ini menjadi ujian nyata atas kesiapan sistem peringatan bencana di Amerika Serikat, khususnya di wilayah yang rentan gempa dan tsunami. Banyak pihak memuji kecepatan respons pemerintah dan kesigapan warga dalam menanggapi peringatan dini.
Menurut Walikota Sand Point, evakuasi berjalan relatif lancar karena adanya latihan rutin dan edukasi publik sejak beberapa tahun terakhir. “Kami belajar dari sejarah. Karena itu, begitu sirine berbunyi, masyarakat tahu persis apa yang harus dilakukan,” ujar sang walikota dalam pernyataan resminya.
Fasilitas komunikasi, termasuk radio lokal dan sistem pesan darurat, dinilai bekerja optimal. Bahkan warga yang tinggal di lokasi terpencil mengaku menerima informasi melalui sistem satelit yang aktif dalam waktu kurang dari lima menit setelah gempa.
Baca juga : AS Desak Peran Sekutu dalam Konflik Taiwan, Ketegangan Diplomasi Meningkat
Meski kali ini ancaman tsunami berhasil dihindari, para ahli menekankan bahwa ini merupakan pengingat penting bahwa wilayah pesisir Alaska tetap berada dalam zona merah gempa. Mereka menyarankan agar warga terus memperbarui pengetahuan tentang evakuasi, memperkuat bangunan, dan mengikuti latihan simulasi secara berkala.
Insiden gempa Alaska 7,3 SR menjadi pengingat nyata akan potensi bencana di zona subduksi aktif. Meski tak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan besar, respons cepat dan disiplin warga serta otoritas telah mencegah potensi tragedi yang lebih besar. Alaska mungkin telah lolos dari bencana kali ini, namun kesiagaan tetap harus dijaga untuk mengantisipasi kejadian serupa di masa depan.