Amerika Serikat resmi mengumumkan bahwa bantuan militer dihentikan bagi sejumlah negara Eropa Timur, terutama yang berbatasan langsung dengan Rusia. Keputusan ini merupakan bagian dari strategi baru pemerintahan Donald Trump yang ingin mengurangi beban pertahanan Amerika dan mendorong Eropa untuk lebih mandiri. Program bantuan keamanan yang sebelumnya bernilai ratusan juta dolar akan dihentikan secara bertahap, dengan kontrak yang berjalan hanya akan berlangsung sampai 2026.
Trump menegaskan bahwa kebijakan ini selaras dengan prinsip “America First” yang mengutamakan kepentingan domestik. Menurutnya, NATO dan negara-negara Eropa harus lebih aktif menanggung biaya pertahanan mereka sendiri, alih-alih terus bergantung pada Washington. Langkah ini sekaligus mengalihkan fokus strategis AS ke kawasan Indo-Pasifik, di mana persaingan dengan China semakin meningkat. Keputusan bantuan militer dihentikan itu pun segera memicu reaksi beragam, dari kritik keras Eropa hingga dukungan penuh dari basis politik Trump di dalam negeri.
Daftar isi
Respons Eropa dan Konteks Keamanan Regional
Pengumuman bahwa bantuan militer dihentikan langsung menimbulkan kekhawatiran di negara-negara Baltik seperti Estonia, Latvia, dan Lithuania. Selama ini, mereka sangat bergantung pada bantuan AS untuk pelatihan militer, suplai senjata, hingga program penguatan intelijen. Bagi mereka, keputusan ini menjadi sinyal berbahaya di tengah ancaman keamanan yang masih dirasakan akibat agresi Rusia di Ukraina.
Diplomat Eropa menyebut keputusan Washington sebagai “sinyal keliru” di tengah rapuhnya stabilitas kawasan. Banyak pihak khawatir, pengurangan dukungan AS akan menciptakan kekosongan keamanan yang bisa dimanfaatkan Rusia untuk memperluas pengaruhnya. Senator Jeanne Shaheen dari Partai Demokrat bahkan memperingatkan bahwa penghentian program bantuan justru bisa memperlemah posisi NATO secara keseluruhan.
Meski begitu, Gedung Putih menegaskan bahwa kebijakan bantuan militer dihentikan bukan berarti AS meninggalkan Eropa. Trump memastikan pasukan Amerika tetap berada di Polandia dan beberapa negara lain sebagai bagian dari komitmen jangka panjang. Namun, ia menekankan bahwa Eropa perlu meningkatkan belanja pertahanan mereka secara signifikan agar tidak lagi menjadi “beban” bagi Washington.
Dampak Politik dan Pergeseran Strategi Global
Keputusan bantuan militer dihentikan juga menjadi cermin dari pergeseran strategi global AS. Fokus keamanan kini dialihkan ke kawasan Indo-Pasifik, di mana Washington berhadapan langsung dengan Beijing dalam persaingan ekonomi, teknologi, dan militer. Dengan mengurangi komitmen di Eropa Timur, AS ingin mengonsolidasikan kekuatannya untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di Asia.
Namun, kebijakan ini juga berimplikasi pada hubungan transatlantik. Bagi Uni Eropa, langkah tersebut bisa menjadi momentum untuk memperkuat inisiatif pertahanan mandiri, seperti European Defence Fund yang kini semakin relevan. Eropa didorong membangun kapasitas militer tanpa ketergantungan mutlak pada Amerika. Di sisi lain, Rusia berpotensi memanfaatkan kondisi ini untuk memperbesar pengaruhnya di kawasan perbatasan.
Bagi Trump, narasi bantuan militer dihentikan juga berfungsi sebagai alat politik domestik. Dengan menampilkan diri sebagai pemimpin yang berani memangkas pengeluaran luar negeri, ia berusaha memperkuat dukungan dari basis pemilih konservatif yang menginginkan prioritas penuh pada isu dalam negeri. Namun, bagi para kritikus, kebijakan ini berisiko melemahkan posisi strategis AS di panggung internasional.
Dalam jangka panjang, kebijakan bantuan militer dihentikan membuka beberapa skenario. Pertama, Eropa Timur harus meningkatkan kapasitas pertahanan nasional mereka dengan memperbesar belanja militer, meski hal ini akan membebani anggaran publik. Kedua, NATO mungkin harus melakukan reformasi internal untuk menyesuaikan komitmen pertahanan kolektif tanpa dukungan finansial penuh dari AS.
Baca juga : Skenario NATO tanpa Amerika Bikin Eropa Rawan Rusia
Ketiga, keputusan ini bisa mempercepat proses integrasi pertahanan di Uni Eropa. Negara-negara besar seperti Jerman dan Prancis akan semakin didorong untuk mengambil peran lebih besar, baik dalam hal pendanaan maupun pengiriman pasukan. Namun, risiko terbesarnya adalah jika Eropa gagal beradaptasi dengan cepat, maka kekosongan keamanan bisa memicu eskalasi konflik baru di perbatasan Rusia.
Trump menyebut bahwa kebijakan bantuan militer dihentikan adalah langkah berani yang harus dilakukan demi melindungi kepentingan Amerika. Namun, sejarah menunjukkan bahwa pengaruh global AS sering kali ditopang oleh komitmen militernya di Eropa. Jika kebijakan ini berlanjut tanpa ada pengganti yang sepadan, posisi AS sebagai pemimpin aliansi global bisa terganggu. Bagi banyak analis, keputusan ini bukan hanya soal anggaran, tetapi juga sinyal ke dunia bahwa Amerika sedang mendefinisikan ulang perannya dalam tatanan internasional.