AS China Berebut Pengaruh di ASEAN semakin nyata dengan manuver dagang dan strategis yang dilakukan kedua negara. Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan tarif Amerika Serikat dan peningkatan investasi China di Asia Tenggara telah membentuk dinamika baru di kawasan ini. AS China Berebut Pengaruh di ASEAN tidak hanya soal tarif impor, tetapi juga soal kerjasama infrastruktur, teknologi, dan pengaruh politik. Negara-negara anggota ASEAN kini menjadi arena persaingan yang menentukan arah ekonomi regional.
Bagi ASEAN, persaingan ini membawa peluang dan tantangan sekaligus. Di satu sisi, AS China Berebut Pengaruh di ASEAN membuka akses pasar dan investasi baru bagi negara-negara di kawasan. Di sisi lain, adanya tekanan eksternal dan ketergantungan yang meningkat bisa mengganggu otonomi kebijakan nasional. Kondisi ini memaksa para pemimpin ASEAN untuk memainkan diplomasi yang seimbang antara dua kekuatan besar.
Strategi yang digunakan oleh AS dan China juga mencerminkan kondisi global yang sedang berubah. AS China Berebut Pengaruh di ASEAN melalui unsur perdagangan, keamanan dan teknologi maju. ASEAN harus responsif terhadap perubahan global sambil menjaga stabilitas internal dan keberlanjutan ekonomi. Kawasan ini bukan lagi zona pasif dalam relasi internasional—melainkan aktor yang memiliki pilihan strategis.
Daftar isi
Tarif dan Manuver Dagang
Strategi utama AS dan China dalam berebut pengaruh adalah melalui kebijakan tarif dan hambatan dagang. Amerika Serikat misalnya menerapkan tarif tinggi terhadap produk-tertentu untuk melindungi industri dalam negeri, sekaligus memaksa mitra dagang mencari alternatif. AS China Berebut Pengaruh di ASEAN melalui tekanan tersebut, dengan AS menawarkan paket insentif bagi negara ASEAN yang lebih dekat hubungannya dengan Washington. Hal ini termasuk pembicaraan Free Trade Agreement (FTA) bilateral dan relokasi rantai pasok manufaktur dari Tiongkok ke Asia Tenggara.
Di sisi lain, China merespon dengan menurunkan hambatan impor untuk produk ASEAN, memperkuat kerjasama melalui Belt and Road Initiative (BRI), dan menyediakan kredit besar untuk proyek infrastruktur. AS China Berebut Pengaruh di ASEAN lewat investasi ini menciptakan lingkungan kompetitif yang menuntut negara-negara ASEAN memilih ciluk-balik antara dua opsi. Negara-negara Asean seperti Indonesia, Vietnam dan Malaysia mulai menjadi lokasi target investasi China sekaligus mitra dagang AS yang ingin memperkuat kehadirannya di kawasan.
Akibatnya, tarif dan manuver dagang bukan hanya soal ekonomi, tetapi bagian dari strategi geopolitik yang lebih besar. AS China Berebut Pengaruh di ASEAN dengan cara yang terus berubah sesuai konteks global: saat AS menekan tarif, maka China memperkuat kerjasama, dan sebaliknya. Negara-negara ASEAN harus cermat dalam menanggapi agar tidak terperangkap dalam konflik antar-kekuatan besar tersebut.
Kerjasama Infrastruktur dan Teknologi
Selain tarif, aspek kerjasama infrastruktur dan teknologi menjadi medan penting dalam persaingan ini. China telah melakukan investasi besar di proyek pelabuhan, rel cepat dan pusat data di Asia Tenggara. AS China Berebut Pengaruh di ASEAN lewat teknologi pun kian intens, di mana AS menawarkan kerjasama keamanan siber dan teknologi tinggi sebagai imbalan bagi negara yang menjalin aliansi dengan Washington. Rusia dan China pun aktif di sektor ini, namun AS menargetkan negara ASEAN agar tidak bergantung pada teknologi asal Tiongkok.
Di sektor infrastruktur, banyak negara ASEAN menyambut tawaran China karena kecepatan dan kelengkapan paket-nya. Namun, AS China Berebut Pengaruh di ASEAN melalui teknologi juga memunculkan kekhawatiran soal keamanan data, penyadapan dan dependensi jangka panjang. ASEAN menghadapi dilema: menerima proyek cepat dari China dengan risiko kontrol teknologi jangka panjang, atau memilih skema yang lebih lambat dari AS namun dengan syarat yang ketat.
Diplomasi multilateral ASEAN pun diuji dalam sektor ini. AS China Berebut Pengaruh di ASEAN menuntut bahwa negara-negara di kawasan harus lebih aktif dalam merumuskan standar digital, regulasi investasi, dan kerangka kerjasama yang adil. Dengan demikian, ASEAN bukan hanya objek persaingan, tapi pemain aktif yang bisa memilih penawaran terbaik dan menjaga kedaulatan teknologinya.
Persaingan antara AS dan China membawa konsekuensi strategis bagi negara-negara anggota ASEAN. AS China Berebut Pengaruh di ASEAN menghadirkan peluang investasi, akses teknologi, serta perluasan pasar ekspor yang belum pernah terjadi sebelumnya. Misalnya, perusahaan AS yang relokasikan pabrik ke Indonesia atau Vietnam karena mencari alternatif dari Tiongkok. China di sisi lain memperkuat rantai pasok regional dan meningkatkan ekspor komoditas ASEAN ke Tiongkok.
Baca juga : Prabowo Tekankan Kemitraan Strategis ASEAN–AS
Namun, tantangan yang muncul juga signifikan. AS China Berebut Pengaruh di ASEAN bisa menyebabkan negara-negara di kawasan terjebak dalam pilihan antara dua kekuatan besar yang memiliki agenda berbeda. Terdapat risiko peningkatan ketergantungan ekonomi terhadap satu pihak, yang bisa mengurangi fleksibilitas kebijakan nasional. Selain itu, persaingan teknologi dan data menimbulkan isu kedaulatan digital: negara ASEAN harus menjaga agar infrastrukturnya tidak digunakan sebagai alat geopolitik.
Secara politik, negara-negara di kawasan harus mengelola hubungan dengan AS dan China secara hati-hati agar tidak kehilangan posisi tawar. AS China Berebut Pengaruh di ASEAN memaksa ASEAN untuk memperkuat kerjasama internal, meningkatkan kapasitas diplomasi, dan menetapkan standar investasi serta teknologi yang jelas. Jika dapat menyeimbangkan dengan baik, ASEAN memiliki kesempatan untuk menjadi pusat pertumbuhan dan inovasi regional. Namun jika gagal, kawasan bisa menjadi pion tersandera dalam konflik global.
