Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat kebijakan kontroversial dengan memutuskan untuk hentikan visa Gaza bagi warga Palestina yang ingin masuk ke wilayah AS. Keputusan ini diumumkan menyusul desakan aktivis sayap kanan Laura Loomer yang menilai pemberian visa bagi warga dari Jalur Gaza berpotensi menimbulkan risiko keamanan. Namun, kebijakan tersebut justru menimbulkan gelombang protes, terutama dari organisasi kemanusiaan internasional yang selama ini aktif mendukung akses warga Gaza untuk perawatan medis di luar negeri.
Dalam penjelasan singkatnya, Trump menyebut langkah hentikan visa Gaza ini bersifat sementara sambil menunggu proses tinjauan ulang oleh Departemen Luar Negeri. Meski demikian, kritik tetap bermunculan karena kebijakan ini dinilai mengabaikan kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza yang saat ini tengah menghadapi krisis kesehatan akut. Organisasi kesehatan dunia menegaskan bahwa banyak pasien, termasuk anak-anak, membutuhkan pengobatan mendesak di luar negeri.
Kebijakan yang dianggap keras ini juga mempertegas arah politik luar negeri Trump yang lebih menekankan pada isu keamanan dibandingkan aspek kemanusiaan. Dengan memutuskan hentikan visa Gaza, AS dikhawatirkan akan memperburuk citranya di mata komunitas internasional. Tidak sedikit pihak yang menilai bahwa keputusan ini sarat dengan kepentingan politik dalam negeri, terutama untuk meredam tekanan kelompok konservatif menjelang agenda politik berikutnya.
Daftar isi
Kritik dari Organisasi Kemanusiaan
Keputusan Trump untuk hentikan visa Gaza langsung menuai reaksi keras dari berbagai organisasi kemanusiaan. HEAL Palestine dan Palestine Children’s Relief Fund, dua lembaga yang aktif menyalurkan bantuan medis bagi warga Gaza, menyatakan bahwa kebijakan ini berpotensi mengorbankan banyak nyawa yang seharusnya bisa diselamatkan. Mereka menegaskan bahwa pasien-pasien yang dikirim ke AS untuk menjalani perawatan bukanlah ancaman, melainkan korban dari konflik berkepanjangan.
World Health Organization (WHO) bahkan menambahkan bahwa sistem kesehatan di Jalur Gaza telah runtuh akibat blokade dan perang berkepanjangan. Rumah sakit setempat kekurangan obat, peralatan medis, bahkan tenaga kesehatan. Dalam situasi demikian, pemberlakuan kebijakan hentikan visa Gaza justru menutup satu-satunya harapan bagi pasien yang membutuhkan perawatan lanjutan. UNICEF turut menyoroti kondisi anak-anak Gaza yang semakin rentan terhadap malnutrisi dan penyakit menular.
Selain organisasi kemanusiaan, sejumlah pejabat dari negara sahabat juga menyampaikan keprihatinan mereka. Mereka menilai keputusan Trump bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia yang seharusnya dijunjung tinggi oleh Amerika Serikat. Negara-negara Eropa, yang selama ini aktif dalam memberikan dukungan medis dan logistik ke Palestina, menilai langkah hentikan visa Gaza akan semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah berada di titik kritis.
Di dalam negeri, kebijakan ini juga menuai kritik dari kelompok oposisi dan aktivis hak asasi manusia. Mereka menuding Trump hanya mencari keuntungan politik dengan mengorbankan penderitaan rakyat Palestina. Menurut mereka, AS seharusnya bisa mengambil langkah yang lebih bijak dengan tetap membuka akses kemanusiaan tanpa mengabaikan faktor keamanan.
Alasan Resmi Pemerintah dan Prospek ke Depan
Pemerintah AS melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio menegaskan bahwa keputusan untuk hentikan visa Gaza dilakukan sebagai langkah sementara. Rubio menyebut, kebijakan ini diperlukan untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses penerbitan visa dari wilayah konflik. Menurutnya, terdapat kekhawatiran bahwa mekanisme yang berlaku saat ini tidak cukup kuat untuk memverifikasi latar belakang para pemohon visa.
Namun, kalangan pengamat menilai bahwa alasan tersebut tidak sepenuhnya masuk akal. Pasalnya, mayoritas visa yang dikeluarkan selama ini diberikan untuk tujuan medis atau kunjungan kemanusiaan, bukan untuk kepentingan tinggal permanen di Amerika. Dengan alasan itu, pengamat menilai bahwa keputusan hentikan visa Gaza lebih bersifat politis daripada teknis.
Beberapa anggota parlemen dari Partai Demokrat pun mendorong agar pemerintah memberikan pengecualian khusus untuk kasus medis dan kemanusiaan. Mereka menegaskan bahwa hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan adalah hak dasar yang tidak boleh ditolak oleh alasan politik. Bahkan, sejumlah senator mendesak agar Gedung Putih segera meninjau ulang kebijakan tersebut sebelum menimbulkan korban lebih banyak.
Di sisi lain, kebijakan ini juga berpotensi memperburuk hubungan AS dengan negara-negara Timur Tengah. Banyak pihak menilai langkah hentikan visa Gaza dapat memperkuat sentimen anti-Amerika di kawasan, sekaligus melemahkan diplomasi Washington yang selama ini berusaha menjaga keseimbangan dalam konflik Israel-Palestina. Jika tidak segera dikoreksi, kebijakan ini bisa menjadi preseden buruk dalam hubungan internasional AS.
Keputusan untuk hentikan visa Gaza tidak hanya berdampak pada ribuan warga Palestina yang membutuhkan akses keluar dari Jalur Gaza, tetapi juga memiliki konsekuensi politik yang lebih luas. Di tingkat domestik, kebijakan ini menunjukkan bahwa Trump masih konsisten dengan agenda politiknya yang keras terhadap isu imigrasi dan keamanan. Hal ini dapat memperkuat dukungan dari basis konservatif, namun di sisi lain menimbulkan penolakan dari kelompok moderat.
Baca juga : Trump Soroti Masalah Isu Keamanan Washington
Secara internasional, Amerika Serikat kini berada di bawah sorotan tajam. Banyak negara menilai bahwa kebijakan hentikan visa Gaza menunjukkan ketidakpekaan Washington terhadap krisis kemanusiaan. Bahkan, ada kemungkinan negara-negara sekutu tradisional AS di Eropa akan menekan Gedung Putih untuk segera mengubah kebijakan tersebut. Jika tidak, kredibilitas AS sebagai pembela hak asasi manusia akan semakin dipertanyakan.
Di lapangan, warga Gaza yang sudah dijadwalkan untuk menjalani perawatan di Amerika kini menghadapi ketidakpastian. Banyak pasien kanker, anak-anak dengan penyakit langka, serta korban konflik yang membutuhkan perawatan lanjutan di luar negeri. Dengan adanya kebijakan ini, mereka terancam kehilangan kesempatan hidup yang sangat berharga.