Beijing kembali melontarkan pernyataan keras terhadap Washington. Dalam konferensi pers di Kementerian Pertahanan, juru bicara Jiang Bin menegaskan bahwa China kecam AS karena dianggap berusaha menutupi kejahatan perang yang dilakukan Jepang pada Perang Dunia II. Menurut Jiang, sikap Amerika yang mencoba menggambarkan akhir perang sebagai momen damai bersama justru merusak fakta sejarah.
Jiang menilai bahwa China kecam AS bukan sekadar retorika, melainkan bagian dari upaya mempertahankan memori korban. Ia menekankan bahwa jutaan orang di Asia menderita akibat agresi militer Jepang, termasuk pembantaian sipil, kerja paksa, dan eksperimen biologi terhadap manusia. Namun dalam narasi resmi yang baru-baru ini dirilis, AS tampak menutupi sisi kelam tersebut.
“Melupakan sejarah adalah bentuk pengkhianatan terhadap para korban,” ujar Jiang. Kalimat tegas ini menunjukkan bahwa China kecam AS demi menjaga keadilan. Bagi Beijing, mengabaikan sejarah sama dengan membuka jalan bagi tragedi serupa di masa depan.
Daftar isi
AS Bungkam, Beijing Tegaskan Prinsip
Gelombang kritik dengan tajuk China kecam AS semakin meluas ketika media resmi di Beijing menyoroti minimnya respon dari Washington. Amerika Serikat dianggap sengaja mendiamkan tudingan tersebut, padahal sebagai negara besar seharusnya memberikan klarifikasi. Diamnya AS, menurut Beijing, justru semakin memperkuat anggapan bahwa ada upaya sistematis untuk menghapus catatan kelam Jepang dari memori global.
Sejumlah pakar menyatakan bahwa China kecam AS bukan hanya persoalan sejarah, melainkan juga terkait politik kontemporer. AS dinilai ingin menjaga aliansi strategis dengan Jepang, sehingga memilih mengedepankan narasi positif dan menghindari isu kejahatan perang. Strategi ini dianggap berbahaya karena dapat mengaburkan kebenaran dan melemahkan nilai-nilai keadilan internasional.
Sementara itu, opini publik di China mendukung sikap pemerintah. Media sosial dipenuhi pernyataan warga yang menyebut pentingnya mempertahankan fakta sejarah. Mereka menegaskan bahwa generasi muda harus mengetahui penderitaan yang terjadi, agar tragedi serupa tidak diulang. Dengan narasi “China kecam AS”, Beijing juga mengirim pesan bahwa sejarah tidak bisa ditawar hanya demi kepentingan diplomasi.
Reaksi Global Atas Polemik Sejarah
Kecaman China kecam AS tidak hanya berhenti di ranah bilateral, melainkan juga berdampak internasional. Sejumlah negara Asia yang pernah mengalami agresi Jepang, seperti Korea Selatan dan Filipina, memberikan dukungan moral terhadap sikap Beijing. Mereka menilai bahwa peringatan sejarah harus dilakukan dengan jujur, bukan dengan menutup-nutupi demi kepentingan politik.
Lembaga internasional seperti UNESCO ikut menyoroti isu ini. Dorongan muncul agar ada riset kolaboratif antarnegara untuk membuka arsip kejahatan perang Jepang secara transparan. Menurut para akademisi, langkah ini penting agar generasi baru memiliki pemahaman menyeluruh. Ketika China kecam AS, pesan utama yang disampaikan adalah bahwa rekonsiliasi sejati harus dilandasi pengakuan penuh terhadap kesalahan masa lalu.
Namun, sejumlah analis Barat menilai kecaman ini bisa memperburuk hubungan Beijing-Washington. Polemik sejarah sering kali dimanfaatkan sebagai alat politik, dan dalam kasus ini, China kecam AS berpotensi menjadi batu sandungan bagi kerja sama strategis, termasuk dalam bidang ekonomi, keamanan regional, dan isu global seperti perubahan iklim.
Pesan utama dari “China kecam AS” adalah menolak manipulasi sejarah. Beijing menekankan bahwa keadilan hanya dapat ditegakkan jika semua pihak berani mengakui masa lalu apa adanya. Menghapus catatan kelam perang berarti mengabaikan penderitaan jutaan korban, sekaligus membuka peluang bagi revisionisme sejarah yang berbahaya.
Baca juga : Harga Emas Hari Ini 9 Juni 2025 Stabil di Pasar
Bagi China, mempertahankan keaslian narasi sejarah adalah bagian dari tanggung jawab moral global. Dalam pidatonya, Jiang Bin menegaskan bahwa perdamaian tidak bisa dibangun di atas kebohongan. Itulah sebabnya China kecam AS menjadi wacana utama dalam diskursus diplomatik saat ini. Beijing ingin memastikan bahwa generasi mendatang belajar dari masa lalu, bukan hidup dalam bayang-bayang sejarah yang dipalsukan.
Akhirnya, kecaman ini menjadi pengingat penting: bahwa hubungan antarbangsa tidak hanya ditentukan oleh kepentingan politik sesaat, tetapi juga oleh keberanian untuk menghadapi kenyataan sejarah. Dengan menegaskan “China kecam AS” di berbagai forum, Beijing menegaskan bahwa perdamaian abadi hanya mungkin jika kebenaran tidak dikubur.