Dominasi Amerika Serikat Dinilai Telah Berakhir

Dominasi amerika serikat dinilai telah berakhir

Dominasi Amerika Serikat kembali menjadi sorotan setelah Ali Akbar Velayati, penasihat senior pemimpin tertinggi Iran, menyatakan bahwa hegemoni global AS kini telah memasuki masa akhir. Dalam wawancara di Teheran, Velayati menegaskan bahwa kekuatan dunia kini bergeser menuju tatanan multipolar di mana AS tidak lagi menjadi satu-satunya penentu arah politik dan ekonomi internasional. Menurutnya, banyak negara kini berani menantang Dominasi Amerika Serikat, baik secara ekonomi, militer, maupun ideologis, karena kesadaran global terhadap keadilan dan kemandirian semakin meningkat.

Velayati juga menilai bahwa kebijakan luar negeri AS yang sering menggunakan tekanan ekonomi dan intervensi militer telah mempercepat kemunduran pengaruhnya. Ia mencontohkan bagaimana perang dagang, konflik di Timur Tengah, serta persaingan teknologi dengan Tiongkok menjadi bukti bahwa Dominasi Amerika Serikat tidak lagi mampu menjaga keseimbangan global seperti sebelumnya. Negara-negara berkembang kini membangun kerja sama baru di luar sistem Barat, termasuk dalam blok ekonomi seperti BRICS dan Shanghai Cooperation Organization (SCO). Menurutnya, momentum ini menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak ke arah yang lebih setara dan adil.

Pergeseran Kekuasaan dan Kebangkitan Kekuatan Baru

Pernyataan Velayati mempertegas tren global yang menunjukkan menurunnya pengaruh Washington dalam urusan internasional. Dominasi Amerika Serikat mulai tergeser oleh munculnya kekuatan baru seperti Tiongkok, Rusia, India, serta negara-negara Asia dan Amerika Latin yang kian vokal di panggung diplomatik. Velayati menilai bahwa struktur ekonomi dan politik global yang selama puluhan tahun dikendalikan AS kini tidak lagi relevan dengan realitas dunia modern. Ia menyebut bahwa sistem keuangan berbasis dolar yang dulu menjadi instrumen kekuatan kini mulai ditinggalkan oleh banyak negara.

Aliansi non-Barat memperkuat posisi mereka dengan menjalin kemitraan strategis baru, termasuk perjanjian dagang lintas benua yang mengurangi ketergantungan terhadap pasar AS. Dominasi Amerika Serikat juga dipertanyakan dari sisi moralitas global, karena kebijakan luar negerinya dianggap sering menimbulkan instabilitas dan konflik. Velayati menyebut bahwa negara-negara seperti Iran, Rusia, dan Tiongkok kini menjadi contoh bagaimana kekuatan alternatif dapat menciptakan keseimbangan tanpa dominasi tunggal.

Selain faktor geopolitik, perubahan teknologi juga mempercepat proses ini. Ketergantungan dunia terhadap inovasi AS mulai menurun karena banyak negara telah mengembangkan teknologi strategis mereka sendiri. Velayati menegaskan bahwa Dominasi Amerika Serikat bukan hanya melemah secara militer, tetapi juga dalam sektor teknologi, energi, dan media. Dunia kini tidak lagi menunggu instruksi Washington untuk menentukan arah kebijakan, melainkan berkolaborasi dalam sistem yang lebih plural dan saling menguntungkan.

Reaksi Global dan Dampak Terhadap Hubungan Internasional

Pernyataan Velayati tentang berakhirnya Dominasi Amerika Serikat menimbulkan berbagai tanggapan dari komunitas internasional. Beberapa pengamat menilai pandangan ini realistis, mengingat AS kini menghadapi tantangan dari dalam negeri—mulai dari polarisasi politik hingga defisit ekonomi yang meningkat. Banyak sekutu tradisional AS di Eropa juga mulai mengambil kebijakan luar negeri yang lebih mandiri, termasuk dalam hal perdagangan dan keamanan. Eropa bahkan mempertimbangkan kebijakan industri dan energi yang tidak lagi bergantung penuh pada AS.

Dominasi Amerika Serikat selama ini identik dengan pengaruh kuat terhadap lembaga-lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan PBB. Namun, kini banyak negara menuntut reformasi agar representasi kekuasaan menjadi lebih seimbang. BRICS, misalnya, memperluas keanggotaan dan memperkuat mekanisme keuangan internal untuk menandingi sistem dolar AS. Velayati menyebut hal ini sebagai “pergeseran sejarah yang tidak dapat dihentikan” dan menilai bahwa hegemoni lama sedang digantikan oleh model kerja sama global yang lebih egaliter.

Di kawasan Timur Tengah, dampak dari berakhirnya Dominasi Amerika Serikat terlihat jelas. Negara-negara Arab mulai memperbaiki hubungan dengan Iran dan Suriah, sementara peran AS dalam mengatur stabilitas regional semakin berkurang. Dalam konteks ini, Velayati menilai bahwa strategi AS yang berbasis intervensi militer tidak lagi efektif, karena dunia sudah menolak konsep unilateral. Ia menegaskan bahwa multipolaritas bukan ancaman, melainkan peluang untuk membangun hubungan internasional yang lebih damai dan seimbang.

Berakhirnya Dominasi Amerika Serikat juga membawa implikasi besar terhadap ekonomi global. Negara-negara kini berlomba menciptakan sistem keuangan alternatif yang tidak lagi terpusat pada dolar AS. China memperkuat penggunaan yuan dalam perdagangan internasional, sementara Rusia memperluas transaksi dengan rubel dan emas. Menurut Velayati, inisiatif ini menunjukkan bahwa dunia tengah membangun tatanan ekonomi baru yang lebih mandiri dan beragam.

Kebijakan proteksionisme AS justru mempercepat proses tersebut, karena banyak negara mulai mengandalkan pasar domestik dan regional. Dominasi Amerika Serikat yang selama ini bergantung pada kontrol rantai pasokan global kini kehilangan daya tawar karena globalisasi memasuki fase baru. Selain itu, kebangkitan ekonomi Asia menggeser pusat gravitasi ekonomi dunia dari Barat ke Timur. Velayati menegaskan bahwa transformasi ini adalah sinyal berakhirnya era lama di mana satu negara menentukan arah politik dan ekonomi seluruh dunia.

Baca juga : Ketegangan AS Venezuela Naik Saat Caracas Cari Sekutu

Dari sisi geopolitik, hubungan AS dengan sekutunya juga memasuki masa penyesuaian. NATO menghadapi tekanan internal karena perbedaan pandangan mengenai arah kebijakan global, terutama terkait Rusia dan Timur Tengah. Dalam konteks ini, Dominasi Amerika Serikat tidak lagi absolut, karena banyak anggota aliansi memilih mengambil kebijakan yang lebih sesuai dengan kepentingan nasional mereka. Dunia multipolar yang digambarkan Velayati menjadi semakin nyata, dengan distribusi kekuasaan yang lebih merata di antara negara-negara besar dan berkembang.

Velayati menutup pernyataannya dengan optimisme bahwa perubahan ini akan membawa keadilan global yang lebih besar. Ia menegaskan bahwa negara-negara harus menolak ketergantungan tunggal terhadap AS dan memperjuangkan kerja sama yang berkeadilan. Dengan demikian, Dominasi Amerika Serikat benar-benar dapat dikatakan telah berakhir, dan era baru politik dunia sedang dimulai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *