Warning: Undefined array key "find" in /www/wwwroot/watsupamericas.com/wp-content/plugins/seo-by-rank-math-pro/includes/modules/image-seo/class-image-seo-pro.php on line 478
Warning: Undefined array key "replace" in /www/wwwroot/watsupamericas.com/wp-content/plugins/seo-by-rank-math-pro/includes/modules/image-seo/class-image-seo-pro.php on line 478
Keputusan mengejutkan diumumkan langsung oleh Presiden Donald Trump: Trump ganti nama Kemhan Amerika Serikat dari Department of Defense menjadi Department of War. Perintah eksekutif yang ditandatangani pada awal September 2025 ini bukan hanya soal perubahan nomenklatur, tetapi sarat dengan pesan politik dan simbolisme historis. Menurut Trump, istilah “War” mencerminkan semangat ofensif yang kuat dan mengembalikan tradisi lama AS pada abad ke-20, ketika Departemen Perang menjadi motor kemenangan dalam Perang Dunia.
Langkah ini menuai beragam reaksi. Para pendukung Partai Republik menyambut antusias, menilai kebijakan ini akan mengembalikan kejayaan militer sekaligus menegaskan kekuatan global AS. Namun, pihak oposisi, akademisi, hingga analis internasional menyebut langkah Trump ganti nama Kemhan bisa memperburuk citra Amerika sebagai negara yang kerap mengedepankan kekuatan militer dibanding diplomasi.
Lebih dari sekadar simbol, keputusan tersebut akan diikuti perubahan pada komunikasi resmi, penggunaan gelar “Secretary of War” untuk menteri terkait, hingga penyesuaian berbagai dokumen internal. Meski implementasi penuh tetap memerlukan persetujuan Kongres, Pentagon sudah mulai menyesuaikan diri dengan perintah ini. Pertanyaannya, apakah perubahan nama ini akan benar-benar berdampak pada strategi militer, atau sekadar permainan retorika politik menjelang pemilu mendatang?
Daftar isi
Latar Belakang Keputusan Trump
Sejak masa kampanye, Trump kerap mengkritik istilah “Defense” yang menurutnya terlalu pasif dan tidak sesuai dengan semangat kekuatan Amerika. Ia menegaskan bahwa Trump ganti nama Kemhan merupakan bagian dari upaya membangkitkan kembali citra ofensif yang dianggap telah hilang. Menurutnya, penggunaan kata “War” lebih realistis karena mencerminkan kondisi geopolitik yang keras, di mana Amerika harus selalu siap menyerang, bukan hanya bertahan.
Secara historis, Amerika memang pernah memiliki Department of War sebelum diubah menjadi Department of Defense pada 1949. Dengan menghidupkan kembali istilah tersebut, Trump seakan ingin menegaskan kesinambungan dengan era kejayaan militer pasca Perang Dunia II. Para pendukung menilai langkah ini sebagai penghormatan terhadap veteran perang serta sebagai sinyal kuat kepada musuh-musuh potensial Amerika.
Namun, kebijakan Trump ganti nama Kemhan juga mengundang kritik keras. Akademisi menilai penggunaan istilah “War” bisa meningkatkan eskalasi retorika global, menimbulkan kesan bahwa Amerika lebih memilih konfrontasi ketimbang diplomasi. Pihak oposisi di Kongres pun menyoroti potensi biaya besar dalam penggantian plakat, dokumen resmi, hingga branding lembaga yang tersebar di seluruh dunia. Dengan demikian, kebijakan ini dipandang bukan hanya simbolis, tetapi juga membawa konsekuensi finansial dan diplomatik yang serius.
Reaksi Nasional dan Internasional
Perubahan Trump ganti nama Kemhan segera mendapat perhatian luas. Di dalam negeri, Partai Republik menyebut langkah ini sebagai “pemulihan jati diri militer”. Beberapa jenderal purnawirawan menilai kebijakan tersebut bisa meningkatkan moral pasukan. Sebaliknya, kelompok Demokrat mengecam kebijakan ini, menyebutnya manipulasi politik untuk memperkuat citra Trump menjelang pemilu.
Di level internasional, reaksi pun beragam. Negara-negara sekutu seperti Inggris dan Jepang cenderung berhati-hati, menunggu implementasi lebih lanjut sebelum memberikan komentar resmi. Namun, di pihak lain, negara-negara yang sering bersinggungan dengan AS—seperti Rusia, Iran, dan Tiongkok—menyindir langkah ini sebagai bukti bahwa Amerika tidak pernah benar-benar mengedepankan perdamaian. Media internasional juga ramai mengulas bahwa istilah “War” dapat memperburuk persepsi global terhadap Amerika sebagai negara yang kerap mengintervensi konflik.
Organisasi HAM internasional ikut angkat suara. Mereka mengingatkan bahwa retorika perang bisa memperkuat normalisasi militerisasi kebijakan luar negeri AS. Menurut mereka, Trump ganti nama Kemhan justru akan semakin meminggirkan isu diplomasi, bantuan kemanusiaan, dan kerja sama multilateral. Di sisi lain, sejumlah analis menilai langkah ini hanya bersifat simbolis tanpa mengubah strategi militer yang sebenarnya.
Kebijakan Trump ganti nama Kemhan diperkirakan membawa dampak luas pada politik domestik dan global. Di dalam negeri, langkah ini dapat memperkuat dukungan dari basis konservatif yang mendambakan kebangkitan militerisme klasik. Retorika “Departemen Perang” sejalan dengan narasi Trump bahwa Amerika harus tampil kuat menghadapi ancaman global, baik dari Tiongkok, Rusia, maupun kelompok teroris internasional.
Namun, tantangan datang dari Kongres. Secara konstitusional, perubahan nama resmi membutuhkan persetujuan legislatif. Jika mayoritas Demokrat menolak, kebijakan ini bisa terhambat, meski implementasi simbolik seperti plakat dan komunikasi internal sudah mulai berjalan. Oposisi menilai bahwa Trump menggunakan isu ini sebagai strategi kampanye, bukan kebutuhan nyata pertahanan negara.
Baca juga : Tarif Trump Bagi AS Bisa Tentukan Masa Depan Ekonomi
Secara global, kebijakan ini bisa memicu ketegangan baru. Negara-negara aliansi mungkin merasa khawatir dengan perubahan narasi yang lebih agresif. Apalagi, istilah “War” dapat dimaknai sebagai sinyal peningkatan keterlibatan militer AS dalam konflik internasional. Di sisi lain, negara-negara yang kerap berkonfrontasi dengan AS akan memanfaatkan isu ini sebagai propaganda untuk memperkuat citra Amerika sebagai kekuatan agresor.
Prospek ke depan masih belum jelas. Jika kebijakan ini lolos penuh di Kongres, maka branding baru akan benar-benar mengakar dalam birokrasi militer AS. Namun, bila tidak, istilah “Department of War” hanya akan menjadi catatan simbolis dalam sejarah pemerintahan Trump. Terlepas dari hasil akhirnya, kebijakan Trump ganti nama Kemhan sudah berhasil menciptakan perdebatan sengit yang akan terus memengaruhi wacana politik, diplomasi, dan arah kebijakan pertahanan Amerika Serikat dalam beberapa tahun ke depan.