Navarro Sebut India Terlalu Arogan Soal Minyak Rusia

Navarro sebut india terlalu arogan soal minyak rusia

Pernyataan kontroversial kembali dilontarkan penasihat perdagangan Presiden Donald Trump, Peter Navarro, yang menuding India Terlalu Arogan dalam kebijakan energinya. Navarro menilai India bersikap menantang ketika Washington mendesak New Delhi untuk menghentikan impor minyak dari Rusia. Bahkan ia menyebut India sebagai “laundromat Rusia” yang menggunakan dolar AS untuk membeli minyak murah dari Moskow, memprosesnya, dan menjualnya kembali dengan harga lebih tinggi ke pasar internasional.

Ucapan keras ini memicu gelombang kritik di India, di mana para pejabat senior menegaskan bahwa kebijakan energi adalah urusan kedaulatan negara. Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menolak tuduhan tersebut, dengan menegaskan bahwa negaranya hanya mengambil keputusan berdasarkan kepentingan rakyat dan keamanan energi. Meskipun begitu, frasa India Terlalu Arogan dengan cepat menjadi sorotan media internasional dan menambah panas hubungan diplomatik antara Washington dan New Delhi.

Situasi ini menunjukkan bagaimana isu energi dan geopolitik bisa bersinggungan, memicu ketegangan baru di antara dua negara yang sebelumnya dikenal memiliki kerja sama erat dalam aliansi Indo-Pasifik.

Tuduhan Laundromat Rusia dan Kritik Pedas

Peter Navarro dalam wawancara publik menyatakan bahwa India Terlalu Arogan dengan tetap melanjutkan pembelian minyak Rusia. Ia menilai India bukan hanya mengabaikan sanksi internasional terhadap Moskow, tetapi juga berperan sebagai penghubung perdagangan energi yang memperkuat perekonomian Kremlin di tengah perang Ukraina. Menurut Navarro, sikap India ini menjadi penghalang bagi strategi Amerika Serikat dalam menekan Rusia melalui jalur ekonomi.

Pernyataan tersebut disertai kritik tambahan mengenai tarif perdagangan. Navarro menuding India menerapkan “Maharaja tariffs” atau kebijakan tarif yang dianggap tidak adil, merugikan hubungan dagang kedua negara. Ia menambahkan bahwa perilaku India menunjukkan sikap arogan karena merasa kebal terhadap tekanan Washington.

India merespons dengan tegas. Menlu Jaishankar menegaskan bahwa kebijakan energi India adalah soal kepentingan nasional, bukan untuk menyenangkan pihak luar. Pemerintah India menilai bahwa impor minyak dari Rusia adalah langkah realistis untuk menjaga kestabilan harga energi dalam negeri. Media dan publik India pun ramai menolak tuduhan India Terlalu Arogan, menilai hal itu sebagai pernyataan yang merendahkan martabat bangsa.

Dampak pada Hubungan Bilateral AS–India

Konflik retorika ini semakin memperburuk hubungan antara Washington dan New Delhi. Trump sendiri mengumumkan kenaikan tarif hingga 50% terhadap sejumlah produk impor India sebagai bentuk tekanan ekonomi. Navarro menambahkan bahwa tarif itu bisa diturunkan menjadi 25% apabila India menghentikan impor minyak Rusia, sebuah tawaran yang dipandang sebagai bentuk ultimatum diplomatik.

Dalam konteks ini, klaim India Terlalu Arogan menjadi simbol retaknya komunikasi diplomatik kedua negara. Padahal, AS dan India sebelumnya memiliki kerja sama strategis dalam kerangka Quad (Quadrilateral Security Dialogue) bersama Jepang dan Australia, dengan tujuan menyeimbangkan pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik.

Namun, krisis energi global dan kepentingan domestik membuat India memilih tetap membeli minyak Rusia. Keputusan itu bukan hanya soal harga yang lebih murah, tetapi juga strategi diversifikasi energi agar tidak bergantung pada satu mitra dagang saja. Di sisi lain, AS melihat langkah ini sebagai bentuk pembangkangan politik yang dapat merusak upaya kolektif menekan Rusia.

Dalam jangka pendek, hubungan bilateral akan terus berada di titik kritis. Jika tidak ada jalan keluar, tuduhan India Terlalu Arogan berpotensi memperlebar jurang perbedaan antara dua negara besar ini.

Implikasi Geopolitik dan Prospek ke Depan

Pernyataan Navarro bahwa India Terlalu Arogan bukan hanya memicu ketegangan diplomatik, tetapi juga memiliki dampak geopolitik yang lebih luas. India kini semakin intensif menjalin hubungan dengan Rusia dan China sebagai strategi menghadapi tekanan dari Amerika Serikat. Kerjasama energi, pertahanan, hingga teknologi terus diperluas, memberi sinyal bahwa New Delhi siap menyeimbangkan kedekatannya dengan Washington dengan aliansi alternatif.

Di sisi lain, Amerika Serikat harus berhitung ulang. India adalah mitra penting dalam strategi Indo-Pasifik, terutama dalam membendung pengaruh China. Menekan India terlalu keras justru berisiko membuat New Delhi semakin jauh dan memperkuat hubungan dengan Moskow maupun Beijing.

Baca juga : Super Garuda Shield Jadi Latihan Militer Terbesar di Indonesia

Secara domestik, pernyataan India Terlalu Arogan juga berpengaruh pada opini publik. Banyak masyarakat India menganggap ucapan Navarro sebagai bentuk penghinaan terhadap kedaulatan negara. Hal ini justru memperkuat dukungan terhadap pemerintahan Narendra Modi yang menegaskan kemandirian India dalam menentukan kebijakan energi.

Ke depan, jalan diplomasi tetap terbuka, namun diperlukan kehati-hatian dalam retorika politik. Apabila kedua negara gagal menemukan titik temu, ketegangan ini bisa berdampak pada perdagangan global, aliansi strategis, dan stabilitas kawasan Indo-Pasifik. Pada akhirnya, apakah benar India Terlalu Arogan, atau justru AS yang terlalu menekan, akan menjadi bahan perdebatan panjang dalam diplomasi internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *